Fire Walking
Sumber : Physics Education
Volume
45, Issue 5, September 2010
1.
Pendahuluan
Orang-orang telah mempraktekan
berjalan diatas api beribu tahun yang lalu. Awalnya diketahui dalam cerita suku
Indian 1200 SM. Setelah itu, telah dilakukan oleh berbagai agama dan budaya.
Walaupun sebagaian orang meyakini itu sebagai fenomena paranormal/supranatural.
Sebenarnya itu dapat dijelaskan secara ilmiah menggunakan prinsip dasar ilmu
fisika. Pada tahun 1980an, jalan diatas api mulai dipakai untuk meningkatkan
kepercayaan diri dan reputasi diri. Hal ini melibatkan berbagai kursus-kursus.
Orang-orang yang mengikuti kursus ini menganggap jalan diatas api sebagai
kekuatan pikiran dan bukan sebagai sesuatu yan dapat dujelaskan secara ilmiah.
Akhir-akhir ini, jalan diatas api dijadikan sebagai media untuk menghilangkan
rasa takut.
2.
Intisari
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika kita ingin memahami kenapa berjalan diatas api tidak menyebabkan luka. Sejak tahun 1930-an, para ilmuwan
telah menemukan penjelasan mengapa berjalan di atas bara api tidak melukai
kulit kaki. Dewan Riset Fisika Universitas London menemukan bahwa rahasianya
ada di kayu dan bukan kekuatan gaib atau supranatural. Bara api yang digunakan
pada upacara umumnya dari kayu yang dibakar hingga membara. Bara yang terbakar
bisa mencapai suhu 538 derajat celcius. Willey sendiri berjalan di atas bara
yang suhunya mencapai 982 derajat celcius. Kulit kaki bisa tahan terhadap panas
sebesar itu, karena hanya sebagian kecil panas yang mengalir dari bara ke
kulit. Meskipun terbakar, kayu tidak akan sepanas itu dan masih bersifat
sebagai konduktor yang buruk. Dalam keadaan normal, kayu merupakan isolator
yang baik sehingga tidak mengantarkan panas. Konduksi merupakan bentuk
perpindahan panas dari suatu material ke material lain yang lebih dingin. Pada
proses tersebut, getaran molekul-molekul material yang panas akan bertubrukan
dengan molekul-molekul yang lebih dingin dan memindahkan energinya. Karena kayu
merupakan konduktor yang buruk, energi dalam bentuk panas tetap tertahan di
dalam bara api sehingga hanya sedikityang dipindahkan ke kulit kaki. Lapisan
abu yang terbentuk di permukaan kayu juga membantu menahan aliran panas dari
dalam bara ke luar. Itulah mengapa orang berani berjalan di atas bara tidak
akan berani melakukannya di besi yang membara. Karena bersifat konduktor yang
baik, logam yang membara akan terasa sangat panas dan dapat melukai kulit kaki.
Jika kita bandingkan konduktivitas termal arang yang sangat kecil dan
konduktivitas kulit dan daging 4 kali lebih kecil. Apalagi jika kita bandinkan
dengan logam yang 1000 kali lebih besar.
Faktor lain yang juga harus dipertimbangakan
adalah waktu kontak antara kaki dengan arang. Berjalan dengan cepat di atas
bara juga mencegah kulit melepuh. Saat salah satu kaki menapak di bara kayu,
kaki lainnya punya kesempatan untuk dingin kembali saat melayang di udara.
Permukaan kulit mati juga menjadi pelindung tambahan bagi kulit di bawahnya.
Meski praktik berjalan kaki di atas bara api sebaiknya dilakukan melalui tahap
latihan yang cukup, pada dasarnya semua orang yang sehat dapat
melakukannya.
Hal lain
yang menyebabkan kaki tidak terluka adalah hanya bagian depan kaki yang oleh
sebagian besar orang gunakan untuk berjalan diatas bara api. Hal ini memperkecil
bidang sentuh terjadinya transfer energy panas. Pada praktiknya, kaki dibasahi
terlebih dahulu juga dapat menolong
untuk menyerap panas dari arang. Berdasarkan eksperimen arang tidak menempel
pada kaki.
Berdasarkan uraian
diatas, maka dapat disimpulkan secara ilmiah tetanga berjalan diatas bara api:
Ø
Rendahnya transfer energi kalor karena
konduktivitas termal arang dan kulit yang kecil
Ø
Singkatnya waktu sentuh antara kaki dengan arang
Ø
Lapisan abu pada arang yang menghambat transfer
energi panas dari arang ke kaki
Ø
Bidang sentuh kaki yang sempit menyebabkan
transfer energy menjadi lebih sedikit juga
No comments:
Post a Comment